DENGAN OVO & GOPAY ? ATAU VIA PULSA ? AYO RASAKAN !! BERMAIN JUDI ONLINE FAIR PLAY NO.1 SEINDONESIA !! HANYA DI POKER757 !!.

Aku Biarkan Pemuda Itu Menikmatiku

No Comments
Aku Biarkan Pemuda Itu Menikmatiku

       Cersex - Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosok bodyku kencang dan aduhai, garis liuk2 tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. 

Aku adalah seorang Ibu rumah tangga berusia 35 tahun yang juga bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota Surabaya.


Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang mulai semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 29 tahun, salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia adalah teman baikku jadi suamiku tidak keberatan dan akhirnya aku menyetujuinya. 

Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi juga seorang atlit karate di tempatnya. 

Oh iya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD dulu. Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. 


Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. 

Tapi sekarang Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar dan tidak macam-macamjika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku ini.

Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 di luar negeri selama 2,5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan seks-ku yang masih menggebu-gebu ini. 

Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali kami bersetubuh. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

Awalnya sih biasa saja, tapi setelah 2 bulan berjalan, kesepian yang teramat sangat mulai menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. 

Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

"Bu Asmi..?" Suaranya berbisik, aku masih diam saja. 

Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lenggang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping tubuhku, dan matanya sedang tertuju menatap kemolekan tubuhku, tangannya mulai memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. 

Hal itu membuat Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur menunggu apa yang akan anak ini lakukan terhadap tubuhku.

"BU ASMI..?" 

Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyenyak atau tidak. Aku memutuskan untuk pura-pura tidur dan menunggu. Kurasakan gaun tidurku mulai tersingkap semua sampai keleher.

Lalu mulai kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curigah. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. 

Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur, kuatur napas selembut mungkin. Lalu kurasakan tangannya mulai menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba tetap bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuh seksiku. 

Tak lama kemudian aku merasakan jari tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu  kembali aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, Dan tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu sudah meremas dan memilin puting susuku dengan lembut. 

Aku ingin merintih nikmat kala itu, tapi nanti malah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam dan terpejam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. 

Lalu langsung saja ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus harus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua itu sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. 

Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, dan kurasakan jarinya sudah merabah gundukan vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum, Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan belahan vaginaku dari luar CD, dan akhirnya kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. 

Jantungku berdetak keras dan cepat sekali, kurasakan kenikmatan menjalari syaraf tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, dan awhh..! kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wahh... nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

"Sandi!! Ngapain kamu?"

Aku berusaha bangun dan duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. 

Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat bibirku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, Walau aku menikmatinya tapi tentu aku pura-pura menolak.

"Sandiii!!"

"Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu...!" 

Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

"Kamu kan bisa dengan teman kamu yang masih muda loh... Ibukan sudah tua sandi," Ujarku lembut.

"Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan... Please.. Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya," jawab Sandi.

"Ah! kamu... Ya sudah terserah kamu sajalah..."

Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan lagi ingin dijamah  lagi olehnya. Lalu mendengar itu Sandi melumat bibirku kembali dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. 

Kedua tangannya meremas-remas pantatku dengan sangat penuh nafsu. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta berhenti dulu untuk ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? ah! Perduli amat, yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bersetubuh dengan remaja yang masih penuh gairah ini.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

"Waww.... Body Ibu bagus banget.." dia memuji sembari mengecup puting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. 

Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

"Ibu hebat...," desisnya.

"Apanya yang hebat..?" Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

"Badan Ibu enggak banyak berubah.. dibandingkan saya SD dulu..." Katanya sambil terus melumat puting susuku. 

Nikmat sekali! hanya itu yang terbesit dipikiranku saat itu.

"Itu karena Ibu teratur olahraga dong..." jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. 

Dengan bergegas mulai kuloloskan celana dan celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sudah sama-sama bugil. Agak lama aku mencumbu kemaluannya yang keras dan besar, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku juga.

"Masukin aja yuk sandi.., Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu!" Cegahku sambil menciumnya.

Sandi tersenyum lebar. 

"Sudah enggak sabar ya...?" godanya.

"Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,..?" Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar itu.

Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya seperti mauku, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak semakin tak sabar.

Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah dan merekah.

"Vagina Ibu bagus banget, tebel, pasti enak 'bersetubuh' sama Ibu..." bisiknya persis di telingaku. 

Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang ingin dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak menggeser membuka sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya masih menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya masih aktif menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, Lalu..., terasa sebuah benda tumpul, hangat dan keras mulai menyeruak membelah masuk ke liang vaginaku dari belakang. 


Ouugh..! Oh my God!!!! dia telah memasukkan rudalnya...!!!

Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati senti demi senti batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku secara perlahan. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

"Oouuhh...!!!!!," sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. 

Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

"aahhh!! Saann, penismu enaaak banget...!!! Ohhh!!," Desahku setengah menjerit.

Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya menyetubuhiku. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar. Gila nikmat!!!

"Ooughh...,!! toloongg.., gustii...!!! aahhh...!" Aku mengerang sejadi-jadinya

Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin terlihat bergerak erotis.

"Aahhhhhh, penismu..., oohhhhh, aarrghhhhh..., penismuu..., oohhhhh...!!!"

Sandi terus tanpa henti menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku itu. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi setengah menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada liang vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

"aaahhhhhh...  Ibu mau keluar....! ohhhh..... Ibu mau keluaaar!!" aku menjerit-jerit.

"Yahhhh, yahhhhh, yahhhh, aku juga buuuu..., aku juga! Enak bangetttt 'ngentot' sama Ibu!" Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

Plok.... plok.... plokkkk...!!

"Hmmppp... Sodok terus, Saann!!!... Yahhhh, ooohhhhh, yahh, ugghhhhh!!! Teruuss..., arrgghh..., sshhsss..., ohhhhh..., sodok terus penismuuu...!"

"Ouuurghhhhh, ahhhhhh, uuugghhh... "

"Enaaak..., penis kamu enak, penis kamu mantapppp, yahhh, teruuusss..."

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Tanda Aku sedang orgasme!

Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan itu. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. 

Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasmenya. Kuturuti saja permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa barusan, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. 

Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap di dalam vaginaku.

Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya kembali. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan dengan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi sejak tadi.

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

"San.. Kamu hebat banget sihh.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar...," kataku terus terang.

"Emangnya Ibu suka? kalau aku cepet keluar?" jawabnya lembut di telingaku.

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam liang vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

"Oouurrgghh...!!! aahhhh..., ennaak..., penismu enak bangeett... Ssann!!"

Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menekan kedua dengkulnya hingga merapatlah betis pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam kembali mulut vaginaku yang menganga.

"Aarrgghhh...!!!" aku menjerit.

"Aku hampir keluar!" Sandi bergumam.

Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.


"Terussss, Sayang..., teruuusss...! ohhh...."desahku.

"Ooohhh, enak sekali..., aku keenakan..., enak 'ngentot' sama Ibu!" Erang Sandi kasar

"Ibu jugaaa, Ibu jugaaaa, vagina Ibu keenakaan...!" Balasku.

"Aku sudah hampir keluar, Buu..., vagina Ibu enak bangeet... "

"Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss..., yaahhhhh, aku juga mau keluarr!"

"Ahhhh, ohhhh, uughhhhhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar...!"

"Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann..., aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan 'bercinta' sama kamu..., yaahh..., teruss..., aarrgghh..., ssshhh..., uughhh..., aarrrghh!!!"

Tubuhku mengejang sesaat, sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme lagi. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

Crott... cret... cret...!!!!

"Ooghhhh...!!!" dia pun menjerit, terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku.

Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sibuk mengatur nafas.

"Enak banget...," bisik Sandi beberapa saat kemudian.

"Hmmm..." Aku menggeliat manja.

Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku. sensasi yang sangat nikmat.

"Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..." Ucapnya memuji

"ihhh... Apalagi penis kamu..., gede, keras, dalemmm..." balasku

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

"Aku bakal enggak puas-puasnya 'bersetubuh' sama Ibu nih... Ibu juga suka kan?"

Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi dan lagi sepuas-puasnya.

Setelah break sejenak di sore hari, pada malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde bersetebuh tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme.

Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga. Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyup sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh seharian dan semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

Sudah seminggu Sandi berperan menjadi "suamiku". Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Sandi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma hangat segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia selalu berikan.

Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Sandi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sih buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi dan lagi.

Bersambung...

back to top